Thursday, May 3, 2018

Pengagum Rahasia.




Bogor, 3 Mei 2018.
Puanmu

“Anak Gerhana Insani juga, ya?”

Sebuah motor hitam yang jarang kulihat berhenti di depanku. Bersama dengan pemiliknya yang tengah melepas helm cokelatnya.

Aku berhenti. “Iya.”

“Mau bareng? Nanti telat kalo jalan.”

“Nggak apa-apa. Gue bisa sendiri.”

“Kebetulan, gue anak GI juga. Jadi, ya... bareng aja.”



Lengkungan pada bibirku tercipta. Pagi tadi, kejadian itu. Masih saja terngiang-ngiang di kepalaku. Aku tidak sempat berkenalan dengannya. Lebih tepatnya, aku tidak berani mengajaknya berkenalan.

Kini dia ada di depanku. Dua puluh meter dari pandanganku. Sejak tadi, aku menatapnya. Dia manis, dengan balutan sweater maroon.

“Hayo! Ngeliatin siapa?”

Tiya, sahabatku. Hobinya memang begitu; membuat orang lain terkejut.

“Bukan siapa-siapa.”

Dia mengedarkan pandangannya. Menoleh ke kanan dan ke kiri. “Oh, yang itu?”

Ah, ketauan!
Tiya menunjuk pemuda yang sejak tadi kuperhatikan.

“Kak Andi!”

Tiya berteriak.

Pemuda yang sejak tadi kutatap, menoleh dan tersenyum.

Ah, sial!



Tertanda,
Puan.

No comments:

Post a Comment