Menurutmu, seperti apa masa-masa sulit yang telah kamu lalui? Diremehkan, direndahkan di depan banyak orang, diinjak-injak harga dirimu hingga terasa hilang, dan yang lebih parahnya; hidup tapi terasa mati.
Benar?
Bila benar, aku sedang merasakannya.
Masa-masa sulit yang kukira hanyalah fiksi belaka adalah nyata. Masa-masa sulit itu membuatku merasa kesakitan hingga membunuhku secara perlahan.
Aku telah keluar dari zona nyaman; terlentang dan menatap awan, berpikir masa depan akan selalu nyaman bila kita bisa mengimbanginya. Namun, nyatanya salah. Keluar dari zona nyaman sama artinya dengan membunuh dirimu sendiri, terlebih bila mental belum benar-benar matang.
Aku benci memiliki perasaan dan prasangka seperti ini. Takut, berpikir negatif dan menerka-nerka yang tidak ada. Aku benci pribadiku yang seperti ini. Aku ingin kembali, tapi tetap berada di zonaku yang baru.
Namun, pada akhirnya aku paham. Duniaku memang milikku. Tapi, dunia tidak akan bisa mengikuti semua kemauanku.
Aku hidup bersama ratusan juta manusia dengan ratusan juta karakter pula. Mau-tak-mau, aku harus mengikuti, juga memahami. Dengan begitu, pribadi yang kubenci akan hilang pelan-pelan. Aku akan ikut nyaman dengan ratusan juta karakter yang kusebut menyebalkan. Aku akan kebal dengan berbagai macam karakter yang bahkan belum kutemui sekalipun,
Ya, mesti kuakui, perihal perasaan tetaplah perasaan.
Terlebih, aku adalah puan yang mudah membawa perasaan.
Benar?
Bila benar, aku sedang merasakannya.
Masa-masa sulit yang kukira hanyalah fiksi belaka adalah nyata. Masa-masa sulit itu membuatku merasa kesakitan hingga membunuhku secara perlahan.
Aku telah keluar dari zona nyaman; terlentang dan menatap awan, berpikir masa depan akan selalu nyaman bila kita bisa mengimbanginya. Namun, nyatanya salah. Keluar dari zona nyaman sama artinya dengan membunuh dirimu sendiri, terlebih bila mental belum benar-benar matang.
Aku benci memiliki perasaan dan prasangka seperti ini. Takut, berpikir negatif dan menerka-nerka yang tidak ada. Aku benci pribadiku yang seperti ini. Aku ingin kembali, tapi tetap berada di zonaku yang baru.
Namun, pada akhirnya aku paham. Duniaku memang milikku. Tapi, dunia tidak akan bisa mengikuti semua kemauanku.
Aku hidup bersama ratusan juta manusia dengan ratusan juta karakter pula. Mau-tak-mau, aku harus mengikuti, juga memahami. Dengan begitu, pribadi yang kubenci akan hilang pelan-pelan. Aku akan ikut nyaman dengan ratusan juta karakter yang kusebut menyebalkan. Aku akan kebal dengan berbagai macam karakter yang bahkan belum kutemui sekalipun,
Ya, mesti kuakui, perihal perasaan tetaplah perasaan.
Terlebih, aku adalah puan yang mudah membawa perasaan.
tertanda,
Puan.
di antara dua gedung kosong,
Kota Depok.
No comments:
Post a Comment