Friday, August 14, 2020

Ingar Bingar Petang


Terakhir kali duduk di depan mini market sambil menikmati ingar-bingar sore ialah diwaktu menunggu kedatanganmu.

Aku di Indomaret, ya. Beli minum dulu. Haus soalnya.” Pesan terkirim.

Duduk di tengah ramainya anak-anak manusia yang sedang bercengkarama— tapi aku tidak sendirian, karena ditemani Fruit Tea Blackcurrant. Sesekali kuteguk. Kemudian, kembali melirik ke kanan dan ke kiri.

Lima belas menit setelahnya, datanglah kamu dengan gagahnya si Merah— FightV kamu menyebutnya. Gaya motor yang paling khas— selama dua puluh tahun aku hidup dan melihat banyak kendaraan beroda dua. Debum knalpot yang mengisi dada dan telinga, serta lampu biru di bagian depan.

“Lama, ya?”

Aku menggeleng cepat. “Engga.”

“Capek?”

Aku menggeleng lagi. “Engga. Harusnya, aku yang tanya gitu. Kamu nggak cape, abis pulang kerja langsung jemput aku?”

Baskara tersenyum. “Engga. Capeknya hilang kalo liat kamu.”

Kujawab dengan tertawa kecil. Kemudian, kita saling bertukar tawa.

Pun sekarang, diwaktu sore dan di depan mini market yang sama— hanya saja berbeda tempat, kutulis cerita ini, Bas. Aku masih tertawa kecil mengingatnya. Namun, kali ini aku menunggu Papa datang menjemput— dan ditemani oleh pilus.

Sayang, semangat kerjanya ya. Aku udah pulang nih, lagi nunggu di jemput papa.

Oke. Kamu hati-hati ya,” balasnya.

 



Nirmala dari Puan, Agustus 2020.