Saturday, July 11, 2020

Selamat Bertambah Usia




Depok, 7 Juli 2020.


Juli adalah bulan yang paling aku tunggu sebelum datangnya Oktober— karna ada ulang tahunmu tanggal dua juli kemarin dan ada hari jadi kita— dibeberapa hari terakhir bulan Juli.

Bas, selamat bertambah usia, ya. Usia ke dua puluh lima, tepatnya. Semoga selalu diberi keberkahan dan kemudahan. Pun diberi kesehatan serta waktu yang panjang. Dan semoga, hal-hal baik selalu menyertaimu.

Pintaku nggak banyak, Bas. Cuma pengin kamu diberi sehat, supaya bisa menemaniku dan cerita kita tidak akan pernah ada habisnya. Karna sepertinya, teman-teman pembaca mulai mencintai kamu seperti aku yang tidak ada habisnya mencintai kamu pula.

Bas, capai apa yang belum sempat kamu gapai. Silakan terbang dan raih bintang-bintang. 

Aku ingat waktu Nadin bilang; lari sampai jatuh, tersungkur kalau perlu. Supaya waktu kamu pulang, kamu tau betul arti belajar.

Terakhir, sebelum kututup surat ini;
Dunia ini fana, Baskara. Semoga, kita tidak terlena dan tidak ada yang sia-sia. 

Selamat bertambah usia, Baskara.
Selamat menjajaki hari di usia yang semakin dewasa.

dari yang selalu mencintaimu,
Nirmala.

Saturday, July 4, 2020

Sabtu Malam



Rebah adalah salah satu rutinitasku akhir-akhir ini— selain memikirkan Baskara di waktu malam. Sesekali menatap langit-langit kamar. Seakan tengah menonton kisah kita di layar hologram yang tak kasat mata.

Wajah yang sudah kucal dan rambut yang nggak lagi rapih membuat perasaan ini semakin merasa bersalah. Pukul setengah dua belas malam, Baskara betul-betul datang, menepati janjinya untuk Sabtu malam.

“Bas, kamu nggak apa-apa? Capek pasti, kan?”

“Aku nggak apa-apa, La. Liat kamu, capeknya langsung ilang,” balasnya dengan nada menggoda. Meski wajahnya sudah berkata lain.

Tubuhnya cepat bersandar ke tembok. Baskara memulai ceritanya tentang waktu yang ia habiskan hari ini bersama teman-teman kerjanya. Pekerjaan yang begitu dicintainya. Kudengarkan segala cerita yang tengah ia bagi, sesekali kucuri pandang untuk menatapnya lamat— dan aku menyukai bagian ini.

“Bas, maaf ya, kamu jadi capek-capek dateng ke sini buat ketemu sama aku. Maaf, Bas.”

“La, ketemu sama kamu, udah cukup ngebuat capek aku ilang kok. Jangan minta maaf gitu, ya?”

Aku diam dan menunduk. Perasaan bersalah masih mengelilingi dadaku. 

“Ya udah, aku pulang dulu, ya? Udah malem juga. Kamu langsung tidur. Oke?”

Kutatap matanya dan mengangguk. “Makasih ya, Bas. Makasih udah ke sini.”

“Selagi aku bisa, aku bakal lakuin,” jawabnya. Memberi kecupan di keningku dalam sebelum benar-benar pulang. “Aku pulang, ya?”

Tubuh dan motor kesayangannya perlahan menjauh dari pandanganku sampai hilang ditelan tikungan di depan jalan. Pun debum knalpotnya yang ikut menghilang dari telinga.

Aku tersenyum setelahnya. Salah satu dari kisah kita di hari ke sekian itu berakhir. Layar hologram yang sejak tadi kutonton ikut menghilang, menyisakan perasaan rindu yang tidak ada habis-habisnya.

“Aku pulang dulu ya. Kepala aku pusing banget. Mungkin karna tadi bangun terlalu pagi.”

“Iya, Bas. Hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut bawa motornya. Langsung istirahat kalau udah sampe. Love you!” pesanku terkirim tanpa balasan lagi dari Baskara.

Ya, sekarang Sabtu malam. Doakan, semoga Baskara baik-baik saja, ya? Karna besok, dia masih dan harus bertempur dengan pekerjaannya.

Lekas pulih pusingnya, Bas.

Nirmala.